I ♥ TY


Yeosin berdiri dengan melipat tangannya bersedekap di dada. Dalam diam ia mengembangkan senyumnya namun berusaha tak ia tampakkan di depan banyak orang. Saat ini ia sedang menunggu Taeyong dalam sebuah pemotretan. Ia sebagai manajer harus selalu berada di samping sang artis yang super sibuk.

"Okay. Kita lanjut untuk pemotretan selanjutnya.." ucap sang fotografer. Taeyong pun berjalan ke arah ruang ganti di ikuti Yeosin sang manajer yang memastikan pakaian berikutnya untuk pemotretan selanjutnya.

Taeyong melepas bajunya dan menerima baju yang Yeosin serahkan pada Taeyong. Taeyong memperhatikan Yeosin dalam sorotan matanya. Ia beberapa kali tersenyum dan dengan lekat menatap yeoja itu. Yeosin pun menyadarinya, Taeyong sendiri tak menutupinya.

"Wae?" tanya Yeosin tanpa berlaku sopan. Umur keduanya memang tidak terpaut jauh, hanya setahun lebih tua Taeyong. Tapi, yeoja itu sudah mengatakan bahwa ia tidak akan menggunakan bahasa yang sopan jika ia hanya berdua dengan Taeyong.

"Apa yang kau tertawakan?" sungut Yeosin. Taeyong semakin melebarkan senyumnya.

"Aku tidak tertawa. Aku hanya tersenyum" jawab Taeyong santai. Yeosin selalu bersikap berbeda saat mereka sedang berdua. Yeoja itu akan berubah tidak peduli dan tidak tersenyum pada Taeyong. Semua yang dilakukannya memiliki alasan tersendiri, ia menyukai Taeyong. Itu lah kebenarannya.

"Kenapa kau tersenyum?" tanya Yeosin dengan pandangan tak peduli. Ia menghela nafas saat melihat Taeyong tidak mengancingkan bajunya dengan benar.

"Lihat! Kau lagi-lagi membuang waktumu hanya masalah seperti ini" ia menahan suaranya saat memarahi Taeyong. Karena takut suaranya akan memenuhi studio. Ia pun kembali membuka kancing baju Taeyong satu persatu dengan pandangan serius. Setelah benar, ia pun mulai memasangkan sebuah dasi di kemeja yang Taeyong kenakan. Saat memasangkan dasi, Yeosin seakan terlihat serius, namun ia menyadari bahwa ada seseorang yang mengawasinya. Ia pun mengalihkan pandangannya dan mengubah pandangan matanya dimana pandangan Taeyong mengarah ke arahnya.

"Mwo?" tanya Yeosin kasar. Yeoja itu masih saja berlaku dingin dan menatap acuh tak perduli pada pandangan Taeyong. Sebenarnya dalam hati, jantung Yeosin sudah berdetak kencang dan ia merasa lemas namun di tahannya.

"Johahae" ucap Taeyong membuat tangan Yeosin terdiam yang tadinya sibuk mengikat dasi di kemeja Taeyong.

"Mworago?" tanya Yeosin dengan menatap lekat ke arah mata Taeyong. "Jangan bercanda. Jika ada yang mendengarmu..."

Setelah itu tidak ada kata-kata lagi. Bibir Yeosin terkunci oleh pagutan Taeyong. Posisinya Yeosin sudah membelalakkan matanya tangannya benar-benar terdiam dan dalam beberapa detik Taeyong sudah mengecup bibir Yeosin sesukanya. Namun, kemudian Yeosin tersadar dan mendorong Taeyong. Lalu menutup mulutnya.

"Mwohae?" tanya Yeosin dengan suara pelan. Ia sangat terkejut dan jantungnya sudah berdetak tidak karuan.

"Aku sudah katakan. Aku menyukaimu, Yeosin-a" ucap Taeyong dengan kesungguhan yang terpancar dalam matanya. Namun Yeosin masih tak mempercayainya. Ia menggelengkan kepalanya.

"Aku adalah seorang manajer. Aku bisa kehilangan pekerjaanku. Jangan bercanda! Tidak lucu" tegas Yeosin masih dengan suara pelannya.

"Aku tahu. Jika kau kehilangan pekerjaanmu, aku juga akan kehilanganmu. Aku tidak mau dan aku tidak bercanda, Yeosin-a" Taeyong mengusap lembut pipi Yeosin dengan tangan kurusnya.

"Taeyong-a" saat Yeosin menyebut nama namja itu, Taeyong kembali meluncurkan kecupannya di bibir Yeosin sekilas lalu menatap sungguh-sungguh Yeosin.

"Jinjja-ya" ucap Taeyong. Yeosin terdiam, pikirannya seakan berputar -putar mengatakan bahwa yang di lakukan Taeyong hanya omong kosong.

"10menit terlewatkan.. cepat sedikit" teriak beberapa staff di dalam studio. Yeosin tersadar dan segera memakaikan dasi yang belum sempat terpasang karena apa yang Taeyong lakukan di luar dugaan Yeosin.

Yeosin menyelesaikan tugasnya menggantikan baju untuk pemotretan Taeyong selanjutnya. Saat Yeosin akan keluar dari ruang ganti, Taeyong memeluknya dari belakang. Yeosin terkejut dan reflek meronta namun Taeyong tak membiarkannya begitu saja.

"Jakkaman. 2menit saja.." pinta Taeyong. Yeosin mereda, ia pun membiarkan Taeyong. Setelah 2menit terlewatkan, Taeyong melepas pelukannya dan keluar dari ruang ganti untuk melanjutkan pemotretan berikutnya. Ruang ganti tertutup dan Yeosin masih berada di dalamnya. Saat pintu ruang ganti tertutup rapat, kaki Yeosin lemas begitu saja dan ia seakan terduduk di lantai dengan pandangan yang kabur. Matanya tiba-tiba sudah penuh dengan bulir air mata. Ia menggigit lengan bajunya. Air matanya juga terus mengalir. Ia mencoba menyembunyikan perasaannya pada Taeyong. Ia merasa sesak dalam dadanya. Ia juga beberapa kali memukul dadanya untuk membuat sesak di dadanya berkurang. Tapi, itu justru membuatnya semakin mengalami sesak dalam hatinya. Ia menangis dalam diam dan menahan sekuatnya untuk tidak terisak. Semua itu menyiksanya. Ia selalu berharap bahwa ia tidak menyukai dan mencintai Taeyong. Namun, berada di sampingnya membuat perasaan itu semakin besar.

"Nan eottokhae.." batinnya.

***

Ini bukanlah akhir dimana imajinasiku berjalan...
sewaktu-waktu cerita ini akan berjalan dengan sendiri disaat aku sedang ingin melanjutkannya atau memulai jalan cerita yang baru :')

Don't hate me !

Komentar

Postingan Populer