I ♥ TY (9)

Jam menunjukkan pukul jam dua belas malam. Yeosin duduk meringkuk, memeluk kakinya di pojokan ruangan yang biasa ia gunakan untuk berlatih. Entah kenapa ia merasa kehilangan arah dalam dirinya. Di dalam ruangan itu berdominasi gelap, penerangan hanya beberapa lampu yang menyala. Yeoja itu sengaja mengurung dirinya dalam ruangan yang gelap. Bulir air mata yang ia tahan di pelupuk matanya, akhirnya tumpah dan mengalir sangat deras. Ia meringkuk lebih erat dan sesenggukan yang keluar dari bibir mungilnya itu semakin keras. Dadanya sesak sekali, ia merasa detak jantungnya semakin cepat dan seperti ingin meledak. Di saat yeoja itu masih berduka dengan perasaannya, indra pendengarannya menangkap sinyal bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam ruang latihan tersebut. Yeosin semula tidak menggubrisnya, hingga ia mendapat sentuhan dipundaknya, ia mulai mengangkat kepalanya. Matanya yang penuh dengan bulir air mata serta penerangan yang tak begitu mendukung, Yeosin tidak mengetahui siapa yang mencengkram lembut pundaknya. Sampai akhirnya seseorang itu bersuara dan Yeosin sangat mengenal suara itu.

“Apa yang kau lakukan disini tengah malam seperti ini?” tanya suara itu, Lee Taeyong. Itu adalah suara khas Taeyong yang sangat Yeosin kenal. Yeoja itu tidak menjawab, mendengar suara Taeyong di telinganya, bulir air matanya jadi semakin mengalir deras. Dengan gerakan seduktif, yeoja itu sudah memeluk erat Taeyong. Namja itu pun mendekapnya hangat dalam pelukannya. Ia menepuk dan mengusap lembut punggung yeoja itu dengan penuh kelembutan. 

“Kau bisa cerita padaku apa yang kau khawatirkan” tawar namja itu mencoba menenangkan sedikit rasa resah yang yeoja itu rasakan. Yeosin meremas pundak namja itu dengan kuat. Rasanya dadanya masih sesak, tenggorokannya pun sakit menahan isakan yang tidak bisa ia tuangkan dengan bebas. 

“Taeyong-a” seru Yeosin dengan isak tangis yang ia tahan. Taeyong seakan bisa ikut merasakan apa yang yeoja itu rasakan.

“Yeosin-a, apapun yang kau khawatirkan dan kau resahkan, keluarkan saja. Kau akan penuh dengan beban jika hanya menahannya seperti ini” ungkapnya. Yeosin melepas pelukannya dari Taeyong dan mencoba menatap wajah namja itu walaupun dalam kegelapan. Samar-samar ia masih bisa melihat wajah namja itu dalam manik matanya. Mata Yeosin sudah sangat sayu dan sendu, kantong mata yang biasanya tak pernah terlihat, itu sudah mengantung dan matanya sedikit membengkak. Taeyong, ia juga sama, masih bisa melihat tampang yeoja itu walau dalam ruangan yang gelap. Tangan kurusnya bergerak, ibu jarinya mengusap lembut pipi yeoja itu dan menghapus bulir air mata yang terus menetes dari pelupuk mata Yeosin. 

“Uljima, aku disini” katanya. Walaupun hanya sunggingan kecil, Taeyong tau yeoja itu meresponnya. Tangan Yeosin bergerak mengusap punggung tangan Taeyong yang menghapus air matanya.

“Gomawo Yong-a” ucap Yeosin dengan tulus. Ia merasa lebih baik karena ada seseorang di sampingnya disaat ia sedang terpuruk. Ia bersyukur Taeyong mau menemani kekhawatiran yang tak bisa ia pastikan sendiri.

“Yong-a” panggil Yeosin dengan menatap lurus ke arah namja tersebut. Namja itu juga memperhatikan dalam pandangan teduhnya.

“Hm?” ia membalas panggilan yeoja itu. “Yong-a” panggil Yeosin kedua kalinya. Taeyong jadi menatapnya lembut “Wae?” tapi yeoja itu tak kunjung mengatakan apapun.

“Yong-a” hingga panggilan ketiga dari Yeosin membuat Taeyong gemas. Namja itu sudah menangkup wajah mungil Yeosin di kedua telapak tangannya, lalu mendekatkannya pada wajah namja itu, kemudian di kecupnya dalam beberapa detik. Yeosin tidak menolaknya, ia justru memejamkan matanya dan merasa sedikit demi sedikit beban di bahunya menghilang secara perlahan. Perasaan yang berkecamuk dalam dirinya seakan menghilang dan ia merasa nyaman dengan ciuman Taeyong. Memagutnya beberapa kali lalu melepasnya. Taeyong sudah menatap lurus ke arah Yeosin, yeoja itu juga sudah tak memejamkan matanya. Kedua sudut bibir yeoja itu sudah mulai sedikit merekah. 

“Kau sudah mulai tenang?” tanya Taeyong dengan mengusap lembut kepala yeoja itu. Yeosin mengangguk dan memeluk lembut namja itu.

“Aku antar kau kembali ke kamar, sudah larut malam” tawar Taeyong yang disambut anggukan patuh dari yeoja manis itu. Sepanjang perjalan menuju ke kamar Yeosin, Taeyong masih saja memeluk yeoja itu hangat agar ia merasa nyaman dan resah yang di alaminya hilang. Terkadang sentuhan, seperti pelukan hangat atau usapan lembut di kepala dan kecupan dibibir kita dari seseorang yang kita sayang, mampu menghilangkan rasa khawatir yang ada dalam diri kita dan merasa lebih nyaman.

***

Komentar

Postingan Populer