I ♥ TY (5)
Aku berjalan kearah
tempat tidur berukuran besar miliknya. Duduk di tepi tempat tidurnya dan
melihatnya tengah tertidur pulas disana. Aku memandangi wajahnya yang begitu
terlihat polos tanpa riasan yang mencolok diwajahnya. Sangat bersih dan terasa
lembut. Aku bisa merasakannya saat aku menyentuh lembut wajahnya yang tampan.
Ketika aku sibuk
memandang wajahnya, genggaman yang begitu nyaman ditelapak tanganku terasa
begitu saja. Aku sedikit terkesiap dan melihat ke arah wajahnya, matanya mulai
sayup-sayup terbuka. Aku tersenyum ke arahnya dan mengusap kembali pipinya
lembut.
"Apa kau terbangun
karenaku?" Aku bertanya untuk memastikan. Dia menatapku dan tersenyum.
Gelengan dikepalanya menandakan bahwa jawabannya tidak. Ia mulai bangun dan
duduk bersandar dipapan tempat tidur. Ia memandangku lembut.
"Apa aku
melewatkan hari yang cerah?" Tanyanya padaku. Aku menjawab dengan gelengan
dikepalaku.
"Masih terlalu
dini untuk memulai hari yang baru" aku menangkup telapak tangan kanannya
dengan kedua telapak tanganku. Ia mencoba meraihku lebih dekat, aku memeluknya.
Dia mencoba membalasnya dengan hangat.
"Aku bahagia
memilikimu." Ungkapnya membuat chemistry kuat dalam pelukannya saat itu
juga. Aku melepasnya perlahan dan memperhatikan kembali wajah tampan yang sudah
sangat sering aku perhatikan tanpa bosan.
"Aku jauh lebih
beruntung karena bisa memilikimu. Aku ikut senang kau sudah menjadi idola
banyak orang, bahkan di luar negaramu sekalipun. Tapi, aku sama sekali tidak
melihat itu. Aku tidak pernah mencoba untuk meragukanmu. Karena aku selalu
mengingatmu, merindukanmu, menyayangimu dan yang terpenting aku mencintaimu
tanpa syarat bahwa kau adalah seorang idola sekarang. Aku mencintaimu karena
siapa sebenarnya Lee Taeyong. Semua yang ada pada nama itu sudah mencurahkan apa
adanya kamu. Tapi, aku juga tidak membenci TY, karena aku menyukai nama itu,
sekalipun nama itu mengidentitaskan bahwa kau seorang yang memiliki mata tajam
dan dingin, aku tidak masalah." Terangku panjang lebar hingga menghasilkan
banyak ekspresi yang ia tuangkan saat mendengarku berceloteh.
Tangannya bergerak
mengusap lembut pipi chubby-ku. Ia tersenyum sangat manis membuatku ikut larut
dalam sorot matanya. Ia mendekat perlahan dan mengecup bibirku lembut. Aku
membalasnya tanpa ragu. Tak begitu lama, ia sudah melepasnya dan menatapku
dengan teduh.
"Terima kasih
sudah berada disampingku. Aku tahu ini berat, tanpamu aku belum tentu bisa
bertahan selama ini, Yeo. Jangan pernah pergi tanpa memberitahuku, ya. Aku
takut untuk melihatmu pergi." Ungkapnya membuatku sedikit tertawa kecil
mendengar rengekannya. Ia menyadari dan mengerucutkan bibirnya sebal.
"Kau terlalu
mengkhawatirkan dirimu sendiri." Jawabku sambil menoel hidung mancungnya.
Ceklek..
"Ups! Aku tidak
tahu Noona sudah disini.." Tiba-tiba seseorang masuk didalam kamar
Taeyong. Dia adalah roommate baru Taeyong, member terkecil di NCT 127, Haechan.
"Gwaenchana,
Haechan-a. Jaljinaeso?" Tanyaku padanya. Ia mengangguk kaku. Sepertinya
suasananya sangat canggung hingga membuatnya tak menatap ke arahku dan Taeyong.
"Seperti yang
Noona lihat." Jawabnya kemudian. Taeyong tiba-tiba memegangi lenganku saat
aku akan beranjak dari tempat tidurnya.
"Apa kau akan
pergi? Sekarang?" Tanyanya dengan nada yang tidak senang. Ia seakan tau
waktuku dengannya tidak banyak untuk bertemu.
"Aku akan
membantumu mengepak barang untuk penerbanganmu selanjutnya." Jawabku
padanya. Seakan masih tidak puas dengan jawabanku, dia diam.
"Taeyong-a, kau bisa
menelfonku kapanpun." Ucapku berbarengan dengan pergerakanku yang
menangkup wajah tampannya di kedua telapak tanganku, lalu ku berikan kecupan
hangat dibibirnya dan memeluknya. Ia membalas pelukanku tanpa sepatah katapun.
"Walaupun kau banyak
berlatih, jangan lupa makan dan minum vitaminmu. Kalau kau sakit, aku tidak
bisa apa-apa, Yong-a." Ungkapku mengkhawatirkannya.
"Dia akan patuh
pada Noona seperti anak anjing yang sangat mematuhi majikannya.." Haechan
mendesis saat melihat Taeyong yang terlihat manja padaku. ia yang tadi hanya
memperhatikan jadi ikut angkat bicara juga dan itu membuat Taeyong jadi menatap
kesal.
"Yaa!"
Haechan mengusap tengkuk lehernya dan terkekeh. Ia tidak membalas lagi. Aku
hanya bisa mencubit hidung mancung Taeyong saat itu.
"Geumanhae! Sekarang
aku harus membereskan barang-barangmu." Taeyong pun hanya bisa pasrah.
Sesekali ia membantuku mengepak barangnya, walaupun sering kali ia lebih
memilih berdeketan ke arahku dan memelukku seakan tidak ingin melepaskannya.
***
Komentar
Posting Komentar