I ♥ TY (19)
Aku berdiri dan melihatnya yang sedang sibuk dalam
acara program di televisi bersama member NCT 127 yang lain. Kebetulan saat ini
tengah break. Beberapa member yang lain mendapat perbaikan make up
masing-masing dan ada beberapa staff yang mengecek mic setiap member NCT 127.
Tak terkecuali Taeyong, staff namja yang membantu memasangkan mic padanya
terlihat sedang tersenyum lebar dan mengatakan bahwa Taeyong sangat tampan. Aku
ikut tersenyum melihat hal itu. Taeyong sendiri terlihat malu dan hanya bisa
mengatakan terima kasih.
Lalu, ia mencoba bersikap biasa dan staff yang lain mengatakan bahwa disaat mereka mengenakan mic pada Taeyong, mereka terkejut karena ia terlihat begitu tampan, Taeyong tertawa dan kembali mengatakan terima kasih. Ia berjalan ingin bergabung pada yang lain, namun aku mencoba memanggilnya dan ia mengikuti langkahku yang membawanya ke tempat yang sedikit sunyi.
"Wae?" tanyanya sambil melihatku dalam. Aku melihat matanya dan tanganku bergerak untuk kebelakang kepalanya. Bergerak lembut dan mengusap rambutnya yang berdiri tidak teratur. Saat aku akan melakukannya, ia terlihat terkejut dan setelah tau aku hanya membenarkan rambutnya yang tidak teratur ia menatapku dengan menyipitkan matanya.
"Kau memanggilku hanya ingin melakukan ini?" tanyanya dengan nada yang sedikit kesal, aku pikir. Wajahku berjarak sangat dekat dengannya. Aku mengangguk. Ia menggenggam tanganku dan menjauhkannya dari rambutnya.
"Kau bisa meminta hair stylist untuk memperbaikinya" ia terlihat tidak suka. Wajahnya melengos dan menghindari tatapan mataku.
"Apa aku tidak boleh melakukannya untukmu? Kau kesal padaku?" mataku tetap melihat ke arahnya.
"Kau membuatku bingung dengan sikapmu, Yeosin-a" ia melihat ke arahku dengan matanya yang tajam. Aku membalas tatapan itu dengan lembut.
"Aku adalah managermu, Yong-a" aku mengatakan hal yang semakin menjengkelkannya. Ia membuang nafas kasarnya.
"Ne, manager-nim gomapseumnida" ucapnya dengan memaksa. Ia melangkah ingin kembali ke dalam studio namun, tanganku mencegah tangannya sehingga menahannya untuk masuk. Ia berbalik dan melihatku yang sudah menatapnya nanar.
"Mianhae" ucapku padanya. Entah kenapa mataku terasa berkaca-kaca. Taeyong sedikit panik saat melihatku seperti itu.
"Waeire?" tanyanya dan mendekapku dalam pelukannya. Rasa kesal yang sempat timbul dalam dirinya seakan menghilang.
"Mianhaesseo, Yong-a" kataku sungguh. Ia semakin mendekapku dalam.
"Aniya, mianhae.. Aku hanya ingin menjaga jarak denganmu karena pekerjaanmu. Aku sungguh tidak ingin membuatmu dalam masalah" ujar Taeyong. Yeosin melepas pelukan namja itu dan wajah Taeyong terlihat begitu khawatir padanya. Yeosin mengusap lembut wajah tampan namja itu.
"Sikapku membingungkanmu, Mianhae" kataku lagi. Dia diam dan hanya memperhatikanku.
"Nado–nado johahae" kataku akhirnya. Ia melebarkan matanya menatapku dan tak lama kemudian pelukan yang begitu erat terlampiaskan padaku. Ia terlihat begitu senang, aku juga merasakan lega di dalam dadaku.
"Jinjja, kau benar-benar mengatakannya, kan?" ia masih seakan tidak percaya, namun aku mengangguk dan membuatnya berkali-kali memelukku.
"Gomawo" ia memeluk hangat dan mengusap rambutku lembut.
"Taeyong-a" aku mencoba memanggilnya dan ia melepas pelukannya untuk melihat wajahku.
"Kau memang tampan dan selalu rendah hati dalam menyikapi. Tapi, kau juga bertalenta, jangan lupakan itu. Dan kau segalanya untukku.. Lupakan masa lalu burukmu, anggap itu sebagai pelajaran dan jangan pedulikan cibiran tak bermutu mereka. Kau bisa berubah lebih baik dan menciptakan talenta besar untuk membalas mereka, membesarkan nama besar negaramu dengan kerja kerasmu.. Hm?" aku ingin selalu melindunginya dan menyayangi namja yang ku lihat dalam bola mataku ini. Ia tersenyum dan mengelus pipiku dengan punggung tangannya.
"Aku tidak tau jika aku seberharga itu dimatamu, Yeosin-a" ia menyipitkan matanya dan matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.
"Karena aku menyayangimu, Taeyong-a" ucapku dan ia memelukku erat dan mencium puncak kepalaku berkali-kali.
Lalu, ia mencoba bersikap biasa dan staff yang lain mengatakan bahwa disaat mereka mengenakan mic pada Taeyong, mereka terkejut karena ia terlihat begitu tampan, Taeyong tertawa dan kembali mengatakan terima kasih. Ia berjalan ingin bergabung pada yang lain, namun aku mencoba memanggilnya dan ia mengikuti langkahku yang membawanya ke tempat yang sedikit sunyi.
"Wae?" tanyanya sambil melihatku dalam. Aku melihat matanya dan tanganku bergerak untuk kebelakang kepalanya. Bergerak lembut dan mengusap rambutnya yang berdiri tidak teratur. Saat aku akan melakukannya, ia terlihat terkejut dan setelah tau aku hanya membenarkan rambutnya yang tidak teratur ia menatapku dengan menyipitkan matanya.
"Kau memanggilku hanya ingin melakukan ini?" tanyanya dengan nada yang sedikit kesal, aku pikir. Wajahku berjarak sangat dekat dengannya. Aku mengangguk. Ia menggenggam tanganku dan menjauhkannya dari rambutnya.
"Kau bisa meminta hair stylist untuk memperbaikinya" ia terlihat tidak suka. Wajahnya melengos dan menghindari tatapan mataku.
"Apa aku tidak boleh melakukannya untukmu? Kau kesal padaku?" mataku tetap melihat ke arahnya.
"Kau membuatku bingung dengan sikapmu, Yeosin-a" ia melihat ke arahku dengan matanya yang tajam. Aku membalas tatapan itu dengan lembut.
"Aku adalah managermu, Yong-a" aku mengatakan hal yang semakin menjengkelkannya. Ia membuang nafas kasarnya.
"Ne, manager-nim gomapseumnida" ucapnya dengan memaksa. Ia melangkah ingin kembali ke dalam studio namun, tanganku mencegah tangannya sehingga menahannya untuk masuk. Ia berbalik dan melihatku yang sudah menatapnya nanar.
"Mianhae" ucapku padanya. Entah kenapa mataku terasa berkaca-kaca. Taeyong sedikit panik saat melihatku seperti itu.
"Waeire?" tanyanya dan mendekapku dalam pelukannya. Rasa kesal yang sempat timbul dalam dirinya seakan menghilang.
"Mianhaesseo, Yong-a" kataku sungguh. Ia semakin mendekapku dalam.
"Aniya, mianhae.. Aku hanya ingin menjaga jarak denganmu karena pekerjaanmu. Aku sungguh tidak ingin membuatmu dalam masalah" ujar Taeyong. Yeosin melepas pelukan namja itu dan wajah Taeyong terlihat begitu khawatir padanya. Yeosin mengusap lembut wajah tampan namja itu.
"Sikapku membingungkanmu, Mianhae" kataku lagi. Dia diam dan hanya memperhatikanku.
"Nado–nado johahae" kataku akhirnya. Ia melebarkan matanya menatapku dan tak lama kemudian pelukan yang begitu erat terlampiaskan padaku. Ia terlihat begitu senang, aku juga merasakan lega di dalam dadaku.
"Jinjja, kau benar-benar mengatakannya, kan?" ia masih seakan tidak percaya, namun aku mengangguk dan membuatnya berkali-kali memelukku.
"Gomawo" ia memeluk hangat dan mengusap rambutku lembut.
"Taeyong-a" aku mencoba memanggilnya dan ia melepas pelukannya untuk melihat wajahku.
"Kau memang tampan dan selalu rendah hati dalam menyikapi. Tapi, kau juga bertalenta, jangan lupakan itu. Dan kau segalanya untukku.. Lupakan masa lalu burukmu, anggap itu sebagai pelajaran dan jangan pedulikan cibiran tak bermutu mereka. Kau bisa berubah lebih baik dan menciptakan talenta besar untuk membalas mereka, membesarkan nama besar negaramu dengan kerja kerasmu.. Hm?" aku ingin selalu melindunginya dan menyayangi namja yang ku lihat dalam bola mataku ini. Ia tersenyum dan mengelus pipiku dengan punggung tangannya.
"Aku tidak tau jika aku seberharga itu dimatamu, Yeosin-a" ia menyipitkan matanya dan matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.
"Karena aku menyayangimu, Taeyong-a" ucapku dan ia memelukku erat dan mencium puncak kepalaku berkali-kali.
***
Komentar
Posting Komentar