I ♥ TY (16) - Backstage
Aku duduk di sebuah meja, menunggu Taeyong di backstage. Hari ini NCT 127 sedang menggelar konser mini di Jepang, tepatnya di
kota Sapporo. Aku datang sebagai penggemarnya dan tentu saja sebagai seseorang
yang selalu menjaganya. Derap langkah kaki yang cukup keras menyadarkanku dari
lamunan singkatku. Aku masih duduk berdiam diri dan hanya mengubah pandanganku
melihat Taeyong yang sudah menatap ke arahku dan bersusah payah mengatur
nafasnya yang tersengal-sengal.
"Sudah lama menunggu?" tanyanya dan berjalan mendekat. Aku menggeleng singkat.
Ia masih lengkap dengan pakaian yang ia kenakan saat konser. Setelan perform yang masih berkesan comeback dari Album Limitless, jaket jeans dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Aku yang duduk di sebuah meja, jadi setara dengan tingginya dan tak bisa melihatnya secara keseluruhan wajahnya. Namun senyumku tetap melebar dan begitu merekah saat melihatnya. Ia berjalan semakin mendekat ke arahku.
"Seharusnya kau tidak menggunakan topi seperti itu. Mereka (fans) pasti akan kecewa karena tidak bisa melihatmu" cibirku dengan meluruskan tatapanku padanya. Ia tersenyum.
"Ireohkae?" tanyanya, tangan kanannya sudah sukses membuka topi yang tadi sempat terpasang di kepalanya dan segera di lepasnya. Lagi, senyumku begitu lebar padanya. Mataku menyipit saat memperhatikannya. Aku mencoba menelusuri tiap inchi wajahnya.
"Himdeuro?" begitu banyak peluh yang membasahi wajahnya. Ia mengangguk dan menjawab "Gwaenchana" senyumnya tak lupa menghiasi wajahnya. Tanganku bergerak menyentuh kulit wajahnya dan mengusap peluh yang bercucuran hingga ia menggenggam tanganku.
"Wae~?" tanyanya sambil melihatku lebih dekat. Aku menggeleng ke arahnya.
"Kau tidak ingin memelukku?" tanyaku dengan gurauan kecil. Namun, ia tidak memberikan balasan apapun dan memelukku dengan erat. Aku tersenyum di balik pelukannya. Menepuk punggungnya bangga dan mengusap lembut rambutnya.
"Apa aku terlalu banyak berkeringat?" tanyanya yang masih dalam pelukanku. Aku terkekeh mendengarnya.
"Aku suka memelukmu saat kau berkeringat" ucapanku membuatnya melepas pelukannya dan menatapku intens. Aku menyunggingkan senyumanku.
"Gotjimal" katanya tidak percaya.
"Jinjjaya" jawabku meyakinkan. Lalu, aku mencoba merentangkan tanganku untuk memberinya ruang bahwa dia bisa memelukku lagi. Ia pun melakukannya.
"Kau selalu melakukannya dengan sangat baik, Yong-a. Gosaenghaesseo, Taeyong-a" pelukannya turun ke pinggang rampingku. Ia mengendurkan pelukannya dan menempelkan keningnya ke keningku.
"Bogoshipda" ucapnya singkat. Matanya tertutup. Sedangkan mataku terbuka lebar dan masih bisa melihatnya walaupun kening kami saling menempel. Bibirku tersungging saat bisa melihat wajahnya sedekat ini. Aku mencium bibirnya singkat dan kembali pada posisiku. Ia membuka matanya dan perlahan melebarkan kedua sudut bibirnya.
"Saranghae" serunya. Kening kami sudah tidak menyatu dan ia melihatku dengan dalam. Kecupan-kecupan singkat sudah mendarat di bibir mungilku. Saat aku tersenyum pun dia melakukannya.
"Taeyong hyung– Aughh jinjja" sampai seseorang mengacaukan aura antara aku dan Taeyong. Orang itu adalah Kim Doyoung. Dia selalu sebal melihatku dan Taeyong mengumbar kemesraan, aku terkekeh dalam hati. Kecupan Taeyong sudah berhenti saat namja itu datang dan aku sudah melihatnya tanpa expresi.
"Kalian tidak bisa menunggu sampai kita kembali ke hotel, huh?" rengeknya dengan nada kesal. Aku menatapnya sangar.
"Ya! Kata-katamu itu akan membuat orang lain yang mendengarnya salah paham, tau tidak?" ucapku tidak terima.
"Kalau ada yang melihat bagaimana? Kau seharusnya bisa mengkondisikan tempat" Dia jadi semakin mengesalkan. Aku pun turun dari meja dan berjalan ke arah Doyoung. Aku mencubit kedua pipinya gemas. Dia merintih dan aku semakin mencubitnya.
"Appo~" teriakannya membuatku berhenti mencubit pipinya.
"Aku tidak akan meminta maaf padamu, arra?" aku menjulurkan lidahku dan meninggalkannya. Aku juga tidak perlu pamit pada Taeyong, namja itu sudah tau bagaimana aku.
"Sudah lama menunggu?" tanyanya dan berjalan mendekat. Aku menggeleng singkat.
Ia masih lengkap dengan pakaian yang ia kenakan saat konser. Setelan perform yang masih berkesan comeback dari Album Limitless, jaket jeans dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Aku yang duduk di sebuah meja, jadi setara dengan tingginya dan tak bisa melihatnya secara keseluruhan wajahnya. Namun senyumku tetap melebar dan begitu merekah saat melihatnya. Ia berjalan semakin mendekat ke arahku.
"Seharusnya kau tidak menggunakan topi seperti itu. Mereka (fans) pasti akan kecewa karena tidak bisa melihatmu" cibirku dengan meluruskan tatapanku padanya. Ia tersenyum.
"Ireohkae?" tanyanya, tangan kanannya sudah sukses membuka topi yang tadi sempat terpasang di kepalanya dan segera di lepasnya. Lagi, senyumku begitu lebar padanya. Mataku menyipit saat memperhatikannya. Aku mencoba menelusuri tiap inchi wajahnya.
"Himdeuro?" begitu banyak peluh yang membasahi wajahnya. Ia mengangguk dan menjawab "Gwaenchana" senyumnya tak lupa menghiasi wajahnya. Tanganku bergerak menyentuh kulit wajahnya dan mengusap peluh yang bercucuran hingga ia menggenggam tanganku.
"Wae~?" tanyanya sambil melihatku lebih dekat. Aku menggeleng ke arahnya.
"Kau tidak ingin memelukku?" tanyaku dengan gurauan kecil. Namun, ia tidak memberikan balasan apapun dan memelukku dengan erat. Aku tersenyum di balik pelukannya. Menepuk punggungnya bangga dan mengusap lembut rambutnya.
"Apa aku terlalu banyak berkeringat?" tanyanya yang masih dalam pelukanku. Aku terkekeh mendengarnya.
"Aku suka memelukmu saat kau berkeringat" ucapanku membuatnya melepas pelukannya dan menatapku intens. Aku menyunggingkan senyumanku.
"Gotjimal" katanya tidak percaya.
"Jinjjaya" jawabku meyakinkan. Lalu, aku mencoba merentangkan tanganku untuk memberinya ruang bahwa dia bisa memelukku lagi. Ia pun melakukannya.
"Kau selalu melakukannya dengan sangat baik, Yong-a. Gosaenghaesseo, Taeyong-a" pelukannya turun ke pinggang rampingku. Ia mengendurkan pelukannya dan menempelkan keningnya ke keningku.
"Bogoshipda" ucapnya singkat. Matanya tertutup. Sedangkan mataku terbuka lebar dan masih bisa melihatnya walaupun kening kami saling menempel. Bibirku tersungging saat bisa melihat wajahnya sedekat ini. Aku mencium bibirnya singkat dan kembali pada posisiku. Ia membuka matanya dan perlahan melebarkan kedua sudut bibirnya.
"Saranghae" serunya. Kening kami sudah tidak menyatu dan ia melihatku dengan dalam. Kecupan-kecupan singkat sudah mendarat di bibir mungilku. Saat aku tersenyum pun dia melakukannya.
"Taeyong hyung– Aughh jinjja" sampai seseorang mengacaukan aura antara aku dan Taeyong. Orang itu adalah Kim Doyoung. Dia selalu sebal melihatku dan Taeyong mengumbar kemesraan, aku terkekeh dalam hati. Kecupan Taeyong sudah berhenti saat namja itu datang dan aku sudah melihatnya tanpa expresi.
"Kalian tidak bisa menunggu sampai kita kembali ke hotel, huh?" rengeknya dengan nada kesal. Aku menatapnya sangar.
"Ya! Kata-katamu itu akan membuat orang lain yang mendengarnya salah paham, tau tidak?" ucapku tidak terima.
"Kalau ada yang melihat bagaimana? Kau seharusnya bisa mengkondisikan tempat" Dia jadi semakin mengesalkan. Aku pun turun dari meja dan berjalan ke arah Doyoung. Aku mencubit kedua pipinya gemas. Dia merintih dan aku semakin mencubitnya.
"Appo~" teriakannya membuatku berhenti mencubit pipinya.
"Aku tidak akan meminta maaf padamu, arra?" aku menjulurkan lidahku dan meninggalkannya. Aku juga tidak perlu pamit pada Taeyong, namja itu sudah tau bagaimana aku.
***
Komentar
Posting Komentar