Patah Hati


Mungkin sudah kesekian kali. Namun tetap sama. Sakit rasanya. Berpura-pura baik-baik saja tidak membuat keadaanku baik. Namun tundung dalam kesedihan pun bukanlah suatu hal yang ku iyakan. Aku ingin bisa merasakan patah hati sehabat dulu. Yang tersakiti namun tetap berusaha tegar untuk hari-hari selanjutnya. Namun, rasanya memang tidak semudah yang ku katakan. Karena patah hati terhebatku dulu, juga butuh waktu yang cukup lama, hingga membuat selera suka ku pada seseorang ber-label laki-laki memudar. Rasanya aku hanya ingin sendirian, tidak merasakan sakit hati lagi. Bisa se-bebasnya mencintai 'Bias' tanpa halangan. Namun, yang ku yakini perasaan itu hanyalah kebohongan. Aku hanya berusaha mengalihkan perhatian, berusaha baik-baik saja di atas perihku yang susah payah ku tahan demi seseorang yang ternyata masih sangat aku sayang.

Dan hari ini, terulang lagi. Patah hati terhebat, oleh seseorang yang menganggapku sahabat terbaiknya, tapi tidak denganku. Aku berusaha, berjuang mati-matian demi berada di sampingnya. Dan aku gagal lagi. Cinta yang tulus ternyata tidak mampu mengubah sebuah persepsi seseorang. Di umurku yang sekarang ini, aku juga terkadang lelah untuk mencari seseorang yang baru. Itulah kenapa jika aku sudah merasa nyaman, aku tidak akan melihat yang lain. Begitu juga yang sedang ku alami, setelah usaha yang selama ini aku lakukan untuk bisa merebut kepercayaan orang tuanya, agar bisa menerimaku. Justru semuanya terasa sia-sia. Aku kecewa. Apa aku berlebihan jika mengatakan ini? Tapi, sungguh. Patah hati ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Aku kecewa mendengar bahwa keputusan orang tuanya tetap tidak bisa menerimaku di keluarganya. Aku mengutuk dalam hati, apa salahku? Seburuk apakah aku ini? Aku kehilangan banyak kata untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan hari ini. Bohong jika aku terlihat baik-baik saja. Bohong jika aku tidak memikirkannya begitu saja. Aku butuh waktu entah sampai kapan.

Komentar

Postingan Populer