Pemuda Gila!
Hamparan
rumput hijau yang ada di hadapan gadis itu terbentang luas. Di tengah-tengahnya
ada sebuah aspal khusus untuk pemain. Lapangan basket yang secara kebetulan
gadis itu temukan, membuatnya menjadi sumringah seketika. Kedua sudut bibirnya
membentuk senyuman yang lebar.
"Ah!
Senangnya!" ia merasa begitu hidup kembali. Dengan langkah lebarnya pun,
gadis itu sudah mulai memperhatikan setiap sudut hamparan ruang terbuka ini.
Lapangan basket yang memang ada di alam terbuka. Berada di antara jalan raya
besar, tepatnya selain di kelilingi dengan rerumputan hijau segar, lapangan ini
juga di kelilingi pagar besi atau berkawat.
Saat
gadis itu ingin mulai pelatihannya dalam bermain basket, tiba-tiba saja ia
mendengar sebuah pantulan bola dari arah punggungnya. Namun, pantulan bola itu
terdengar cukup jauh dari jaraknya. Tanpa basa-basi, gadis itu sudah sukses
berbalik, memandang siapa yang berada di baliknya. Saat sukses manik matanya
menangkap sosok seorang pemuda jangkung, memiliki wajah yang tampan, serta
perawakan tubuh yang atlis, membuatnya jadi lebih ingin memperhatikannya lebih
detail. Tapi, ia merasa ada sesuatu yang membuatnya menerawang dengan seksama.
Ia seakan begitu familiar dengan pemuda itu. Samar-samar gadis itu mencoba
mengingat-ingat lagi apa yang membuatnya begitu pernah melihat pemuda jangkung
itu.
Dug
Itu
pantulan terakhir dari sebuah bola oranye yang sama dengan yang di bawanya,
yang kini sukses bertengger di antara lengan dan pinggangnya. Gadis itu tak
bereaksi saat pemuda itu sudah tepat berdiri di hadapannya. Tapi mata hazel itu
masih dengan kalemnya memperhatikan setiap gerak gerik pemuda itu.
"Bisa
kau singkirkan pandangan erotismu itu ke arah lain? Apa harus berterus terang
seperti itu jika kau memang merindukanku? hh~" pemuda jangkung itu membuka
suaranya. Gadis itu yang tadinya diam memperhatikan, kini berganti dengan
decakan tak percayanya. Ia tak habis fikir, pemuda tampan yang ia rasa memiliki
wibawa tersendiri itu, kini ternyata menunjukkan betapa pemuda itu adalah salah
satu serangga menjengkelkan yang datang tanpa di undang. Bahkan sekarang gadis
itu sangat yakin, bahwa ia sangat mengenal pemuda serangga yang ada di
hadapannya itu.
"Erotis?
Bukankah kau yang suka menodai bibir-bibir gadis yang bukan menjadi hak mu itu?
Cih!" timpal gadis itu akhirnya. Ia selalu merasa muak, saat mulai
menghadapi pemuda serangga ini, ubun-ubunnya serasa begitu panas. Amarah di
dalam dadanya sudah berkobar begitu membuncah.
"Ahaha..
Kenapa kau marah? Apa kau juga menginginkannya? Aku akan dengan senang hati
memberikannya. Tapi, jangan salahkan pesonaku jika setelah itu kau akan jatuh
cinta padaku." balas pemuda itu. Rasanya otak dan hati seperti sedia
kalanya. Mereka (otak dan hati) kenapa tidak bisa berkompromi dalam hal yang
sekarang sedang ia tahan.
"Apa
kau gila? Bagaimana bisa kau dengan bangganya menawarkan padaku, barang bekasmu
yang telah kau jajahkan pada gadis tak bermoral seperti mereka? Selalu dalam
lingkungan club malam, dan bercumbu dengan sesuka hatimu? Bahkan kau begitu
pantas bersanding dengan sampah!" kegeraman gadis itu benar-benar menguak.
Jika kalian berada dalam posisinya, kalian akan mengerti kenapa dia bersikap
demikian.
"Ya,
ya, ya.. kau memang selalu membenciku, Yeosin-ssi. Tapi kau tak boleh
menyangkalnya! Bahwa kita adalah sepasang tunangan yang sudah orang tua kita
rancangkan." lekukan senyum yang penuh arti entah apa itu membuncahkan
kembali hati gadis bernama Yeosin itu. Mata tajam itu seakan menggetarkan dan
menusuknya dengan keras ke ulu hatinya begitu dalam. Gadis itu menelan
ludahnya. Ia tak tegang, ia masih tenang sedari tadi. Walaupun pembicaraannya
mulai pedas, Yeosin tetap memandang pemuda itu dengan mata yang tak memancarkan
expresi apapun.
"Apa
yang kau lakukan disini?" tanya gadis itu akhirnya. Yeosin menyerah! Ia
menyerah karena malas berhadapan dengan pemuda di hadapannya. Bukan menyerah
karena mengalah. Tenang saja jika Yeosin berlaku seperti sekarang. Karena
menurutnya, itulah yang baik untuk ia lakukan dalam situasi seperti ini. Yeosin
hanya tak ingin memancing emosi pemuda gila itu lebih meluap dan tiba-tiba
menjamahnya dengan sesuka hatinya. Ya, walaupun semua itu belum pernah terjadi.
"Hm,
aku hanya ingin mencari tempat yang membuatku nyaman. Dan kurasa, kenyamanan
setiap ruang yang kubutuhkan sekarang, selalu ada hubungannya denganmu.
Bagaimana jika kau menemaniku?" pemuda itu mulai lagi dalam triknya.
Yeosin mendengus lagi.
"Aku
tidak berminat. Bahkan, sekarang aku ingin kembali dan pergi
meninggalkanmu!" dengan gerakan yang di percepat, Yeosin sudah berada di
ambang pagar. Maka dari itu kini keduanya saling membelakangi.
"Berhenti
disitu!" hentakan tegas dari asal suara khas milik pemuda gagah yang cukup
membuat Yeosin berhenti tepat seiring jantungnya yang terlonjak tiba-tiba.
"Bisa
kau berbalik arah dan kembali menatapku yang berdiri disini, gadis bodoh?"
tubuhnya sudah serentak berbalik memandangi punggung gadis itu. Yeosin yang
mendengar perkataan pemuda itu, sempat membuat dirinya memutar bola matanya.
Kesal, tentu saja. ‘Bodoh
katanya? Berani dia mengataiku bodoh’.
Ancam gadis itu dalam hatinya. Dengan dongkol, ia berbalik.
Saat
itu juga matanya melebar dan langkah mundur yang sudah tertahan kini tergambar.
Bahkan tangan kekar itu sudah melingkar di pinggang ramping milik Yeosin. Jarak
di antara mereka semakin menipis. Sangat mengejutkan. Terbukti Yeosin yang
masih terbengong-bengong sendiri. Entah ia sadar atau tidak, bahwa tubuh
rampingnya itu bertengger dengan manis dalam pelukan hangat pemuda itu. Bahkan
wajah keduanya begitu dekat, jaraknya terhitung hanya sejengkal saja. Bahkan
bola oranye yang tadi mereka dekap masing-masing, kini sudah tak lagi ada dalam
dekapan.
Pemuda
itu nampak tersenyum menang. Seakan hatinya ada
yang bersorak di dalam sana. Tanpa permisi dan tanpa ada sebuah peringatan. Ia
pun menyempatkan kesempatan itu dalam timing yang sangat di sukainya. Dengan
segera pemuda itu mencondongkan wajahnya. Ia segera ingin menggapai kenikmatan
benda lunak berwarna pink milik gadis itu. Namun, tak di sangkanya. Saat bibir
ranum milik pemuda itu hampir menjangkau bibir Yeosin, sebuah bekapan meluncur
membungkam mulutnya dengan tiba-tiba. Ia sadar, gadis itu ternyata cukup
tangkas. Sekali berontak tubuh ramping itu kini sudah kembali terlepas bebas dari
penjara tubuh kekarnya.
"Jangan
harap kau bisa membodohiku. Karena aku bukan gadis bodoh seperti yang kau
katakan. Jangan pernah mencari kesempatan dalam kesempitan! Karena aku tidak
akan lengah darimu, jadi berhentilah bermimpi untuk menyentuhku!" gebrakan
itu terdengar pelan namun sangat tajam. Yeosin pergi dengan perasaan
berkecamuk. Sedangkan pemuda itu hanya tersenyum menatap punggung gadis itu. Senyum itu
membuahkan kesan manis, karena seakan ia seperti sedang jatuh cinta pada
seorang gadis yang tersorot dari matanya, ia nampak tulus dengan hal itu.
Mungkinkah, selama ini pemuda itu memang mencintai Yeosin? Semua itu masih
belum jelas. Bahkan Yeosin sendiri juga tak mengerti harus bagaimana merespon
hatinya saat dirinya dekat dengan pemuda yang ia anggap gila.
***
Komentar
Posting Komentar