Memilukan!
"Aku juga merenungkannya. Apakah aku harus menyakitimu sebelum kita putus, atau putus baik-baik denganmu. Tapi sekarang aku akan membuatmu terluka. Aku tahu aku pasti akan menjadi orang yang menyedihkan. Dan aku akan menyesalinya. Tapi meski begitu, aku ingin membuatmu terluka."
".
. . ."
"Kau
menyedihkan. Sangat menyedihkan. Sejak kuliah, kau orang yang menyedihkan. Kau
sangat takut orang akan mengetahui kalau kau tidak punya apa-apa. Jadi kau
berlagak seolah kau tak peduli dan punya segalanya. Kita semua tahu itu."
Pria
itu berdiri dari tempat duduknya untuk menghindari tatapan wanita tersebut dan
berdiri membelakanginya.
"Jadi
ketika kau menikah dengan orang yang tepat dan segalanya lancar, aku merasa
senang. 'Syukurlah, Do Joom Young. Berarti dia membiarkan keserakahannya
membentuk hidupnya.' Tapi kau masih membuatku merasa kasihan padamu. Dan kau
masih sangat gelisah. Tapi setidaknya, ketika kau bersamaku kau tak kelihatan
gelisah. Jadi aku pasti mengira aku cukup berarti bagimu. Kukira aku wanita yang
cerdas. Kukira aku tidak akan pernah mengalami hal seperti ini."
"Aku
mencintaimu, tapi situasinya tidak tepat! Tidak ada alasan lain!" kata
pria bernama Do Joon Young tersebut.
"Cinta?
Jangan bicara omong kosong." jawab wanita itu dengan rasa benci yang mulai
menjalar di sekujur tubuhnya.
"Orang
gila macam apa yang pacaran dengan wanita yang tidak dia sukai selama setahun?
Dan rela untuk kehilangan segalanya?" jawabnya meyakinkan dengan raut
kesedihan yang ia buat pada wajahnya.
"Memang
apa yang hampir hilang darimu? Memang bahaya apa yang kau hadapi?"
"Kau
sungguh menanyakan itu padaku?" ungkap pria itu.
"Aku..
yang tadinya akan bercerai. Karena bajingan sepertimu." jawab wanita itu
pilu.
"Menurutmu
kau pasti bisa menceraikan dia? Menurutmu kau tega mengkhianati orang-orang
yang menjadi keluargamu selama 10 tahun terakhir, lalu hidup bersamaku? Kau
pasti takkan tega melakukan itu. Kau juga pasti takkan tega, walau kau dikasih
kesempatan lain seperti itu. Saat aku berpacaran denganmu, kau selalu bilang akan
bercerai, meski aku tahu kau takkan pernah bisa. Aku sudah menduga itu, tapi
aku mengabaikannya. Putus seperti ini adalah hal terbaik untuk kita berdua.
Inilah yang terbaik bagi kita untuk kembali ke kehidupan kita selagi kita
bisa." pria itu menjawab dengan segala rasa percaya dirinya untuk
menyudutkan kesalahan wanita tersebut dengan kesadaran dirinya. Dan wanita itu
sangat terpukul dengan apa yang pria itu sampaikan.
"Kau...
pernahkah sedetik pun, perasaanmu tulus padaku?"
"Kumohon!
Ini juga berat bagiku!"
Terlihat
wanita itu mulai merasakan begitu sakit hati yang ia rasakan. Ia ingin menangis
walaupun tertahan, tapi bulir air mata yang masih tertahan di pelupuk matanya
tak bisa membohongi.
"Aku
sangat malu, menyadari kalau aku menyukai orang sepertimu. Aku sangat malu
sampai rasanya ingin mati." setelah menyampaikan itu dengan segala
pertahanan dalam dirinya, ia pun mulai bangkit dari duduknya dan meninggalkan
pria itu dengan perasaan yang berkecamuk.
Komentar
Posting Komentar