Lee Je Hoon Ahjussi♥

 

Seorang pria bernama Lee Je Hoon berhasil menyelamatkan gadis muda berumur 17 tahun yang tengah di sergap dalam sebuah penculikan oleh sekelompok pria berjas hitam, bertubuh kekar dan berwajah sangar.

2 tahun setelah kejadian itu, Park Yerin, gadis muda yang pernah mengalami masa penculikan itu kini tumbuh menjadi gadis dewasa. Mengingat dia akan segera masuk ke ruang lingkup perguruan tinggi.

Yerin berjalan bersama teman-teman sekolahnya yang sebentar lagi akan berpisah. Karena beberapa dari mereka ada yang mendaftar ke perguruan tinggi yang beda dengannya dan ada juga yang tidak melanjutkan karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Tak sengaja ia menabrak tubuh seorang pria hingga menjatuhkan handphone pria itu.

"Ah!" Yerin melihat ke arah pria itu. Ia mengambil handphone milik pria itu dan mengulurkannya padanya.

"Joesonghaeyo, Ahjussi. Igeo.." pria itu mengambil handphonenya begitu saja dan berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yerin mengekorkan manik matanya ke arah pria yang ia sebut Ahjussi tadi.

"Yerin-a, mwohae? Palliwa!"

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah temannya dan tersenyum pada mereka.

"Kkatji ga!"

***

Beberapa kali tanpa pria itu sadari, Yerin mengetahui bahwa Lee Je Hoon terlihat selalu ada di dekatnya. Sampai akhirnya ia membuat rencana untuk bisa memancingnya.

Yerin berjalan pada belokan koridor kampus. Je Hoon mempercepat langkahnya dan ketika ia berbelok pada koridor yang Yerin lewati, gadis itu berdiri disana melihat ke arahnya. Je Hoon berhenti dengan spontan, ia pun menangkap jarak gadis itu semakin dekat padanya.

"Ahjussi, mwohaseyo?"

"Ahjussi, aku tahu kau selama ini selalu ada di dekatku" ungkapnya melihat dengan intense ke arahnya.

"Ku pikir Ahjussi adalah orang jahat karena selalu mengikutiku,"

"Tapi, setelah ku ingat. Ahjussi sudah menyelamatkanku dalam penculikan itu" Je Hoon berusaha tidak terkejut. Walaupun ia cukup terkejut karena Yerin mengingatnya dalam masa penculikan itu.

"Apa Ahjussi mengkhawatirkanku?" Yerin bergerak semakin mendekat.

"Atau.. Ahjussi menyukaiku? Sampai-sampai Ahjussi selalu berada disampingku untuk melindungiku?"

"Yerin-ssi.." Jae Hoon menatapnya datar. Yerin tertawa pelan.

"Yerin-ssi? Ahjussi, kenapa formal sekali padaku,"

"Ahjussi.. Kisseu–hallae?" Jae Hoon menatapnya dengan mata runcingnya. Ekspresinya datar dan ia memilih melangkah pergi meninggalkan gadis itu yang tersenyum merekah melihat punggung gagah pria tersebut.

***

"Uhh, kenapa Ibu membawaku ke pertemuan keluarga sih. Aku tidak suka.." protes Yerin kepada Ibunya.

"Kamu duduk sebentar! Ada yang mau Ibu kenalkan padamu" Yerin sudah menggerutu kesal.

"Yerin-a, beri salam pada pamanmu, Lee Je Hoon"

Yerin mendengus, namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah melihat pria yang tidak asing di hadapannya.

"Ahjussi?"

Ibu Yerin mendekat dan menepuk lengannya.

"Dia pamanmu, kenapa kau memanggilnya Ahjussi, sih!"

"Dia ini adik dari Appamu"

"MWO?!" Yerin terbelalak mendengar penjelasan Ibunya. Sedangkan Ibunya heran melihat reaksi Yerin.

"Kamu ini kenapa sih!"

"Mianhaeyo, Je Hoon-a, kalian ngobrol lah ya biar lebih akrab. Aku tinggal dulu ke dapur bantuin yang lain nyiapin makan malam nanti" Je Hoon membalas dengan senyum manisnya di sertai anggukan kecil.

Kini Je Hoon menatap ke arah Yerin yang masih menatap tidak percaya ke arahnya. Pria itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Samchon?" ulang Yerin dengan memancarkan senyum remehnya seakan masih tak percaya.

"Bagaimana mungkin aku mempercayainya, cih" ucap gadis itu acuh dan duduk ditempatnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Yerin mengabaikan pertanyaan tersebut. Tapi, ia sendiri tidak bisa lama-lama untuk tidak melihat pria itu.

"Ahjussi, kau sungguh pamanku?" gadis itu melihat mata Je Hoon mencari sebuah kebohongan disana. Tapi, ia justru tidak bisa menebak pria itu.

"Selama ini aku melindungimu karena Ayahmu pernah menitipkanmu padaku. Aku menyesal dengan kejadian penculikan yang terjadi padamu dulu" ungkapnya, membuat Yerin menatapnya tidak suka. Ia masih tidak percaya bahwa pria itu adalah pamannya.

"Aku benci Ahjussi!" ungkapnya dan mengalihkan arah pandangannya untuk tidak melihat pria itu.

Terbesit rasa tidak suka mengetahui kebenaran bahwa pria itu adalah pamannya. Selama ini, diam-diam Yerin menyukai Ahjussi itu. Ia jatuh cinta padanya saat ia mulai sering melihatnya ada di sekitarnya, walaupun pria itu tidak meengetahuinya.

"NAN AHJUSSI SIRHEO!!" Yerin tiba-tiba menjerit. Membuat seisi keluarga yang tadinya sibuk menyiapkan acara keluarga besar jadi memandang ke arah Yerin dan Je Hoon. Pria itu mendekat ke arah Yerin.

"Yerin-ssi" panggilnya pelan.

"Sirheo!! Pergi! Aku benci Ahjussi!" Yerin melempar bantal sofa juga tas ranselnya ke arah Je Hoon. Ibu Yerin datang dan menenangkan Yerin.

"Yerin-a, waeire waeire. Geumanhae!" tapi Yerin masih saja histeris hingga akhirnya ia membawa Yerin kedalam sebuah kamar tamu di rumah tersebut.

"Yerin-a, kau kenapa?" tanya Ibunya berusaha menenangkan. Gadis itu kini sudah terisak.

"Eomma..hikz, Eomma" ia melihat Ibunya dengan pandangan kabur karena matanya sudah penuh dengan bulir air mata.

"Eomma, aku menyukai Ahjussi. Kenapa, kenapa dia tiba-tiba menjadi pamanku, Eomma. Aku tidak mau!" pernyataan Yerin membuat Ibunya memejamkan matanya.

"Jadi benar, kau menyukai Lee Je Hoon?" pertanyaan itu justru membuat Yerin seketika membuat tangisnya mereda. Ia berusaha mencerna.

"Park Yerin, Ibu tanya, kau benar menyukai Lee Je Hoon?" tanpa mengucap balas dengan sebuah kata-kata gadis itu mengangguk.

"Aku menyukainya, Eomma" ucap Yerin dengan sisa-sisa isakannya. Saat itu pintu kamar terbuka. Muncul Je Hoon yang nampak melangkah mendekat ke arah mereka.

"Mianhaeyo, Dani-ssi. Aku janji akan selalu melindunginya" Je Hoon membungkuk ke arah Kim Dani, Ibu Yerin. Yerin yang berada dibelakang punggung pria itu masih bingung dengan situasi yang terjadi.

"Aku tidak habis fikir anakku bisa jatuh cinta padamu" ia menatap Je Hoon yang sudah tidak membungkuk lagi.

"Aku merestuimu dengan Yerin, jadi jangan kecewakan aku. Kau mengerti?" Je Hoon menatap Dani dan melebarkan senyumnya. "Tentu. Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuknya"

Dani pun menepuk pundak Je Hoon. Lalu, ia melangkah ke arah pintu kamar untuk keluar. Sebelum itu, ia kembali menatap Je Hoon.

"Jangan lakukan hal diluar batas. Dia harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu" kemudian ia sudah hilang dari balik pintu.

Yerin masih diam dan menatap Je Hoon yang sudah berada dalam ruangan dengannya. Pria itu menatap lirih ke arah Yerin. Ia duduk di samping Yerin dan mengusap pipi lembut yang basah karena air matanya. Ia mengembangkan senyum manis yang baru kali ini ia lihat.

"Maafkan aku, Yerin-ssi" dengan lembut dan penuh sayang, Je Hoon mengusap air mata Yerin.

"Yerin-ssi, aku sudah lama ingin mengatakannya padamu. Aku sangat sangat menyayangimu" matanya melembut membuat Yerin meluruh. Tapi, ia masih tidak mengerti dengan situasi yang dihadapinya.

-END-


Komentar

Postingan Populer